Menganalisis Keterampilan Tindakan Penyelamatan Lanjutan Di Darat

Menganalisis Keterampilan Tindakan Penyelamatan Lanjutan Di Darat

 

Kecelakaan bisa terjadi dimana saja, termasuk di kolam renang. Kecelakaan juga bisa terjadi sewaktu-waktu sehingga siswa perlu siaga dan siap melakukan tindakan pertolongan atau penyelamatan terhadap korban. Itulah sebabnya pengetahuan tentang Penyelamatan Lanjutan Di Darat harus dipahami dengan baik. 

1. Penyebab Kecelakaan

Kecelakaan dapat terjadi karena beberapa faktor. Siswa harus dapat memahami beberapa hal yang dapat menyebabkan kecelakaan, sehingga siswa dapat bertindak lebih hati-hati. Beberapa kecelakaan dapat terjadi karena kurangnya keterampilan, pengetahuan, pengawasan, kehati-hatian, dan  juga karena keadaan fisik yang kurang baik. Beberapa penyebab kecelakaan di air antara lain sebagai berikut.

a. Tidak melakukan pemanasan (warming up) sebelum latihan berenang. 

b. Tidak mematuhi peraturan dan tata tertib di kolam renang. 

c. Tidak menguasai teknik berenang yang baik. 

d. Terlalu lelah atau terlalu lama berenang. 

e. Sarana dan prasarana kolam yang kurang memadai. 

 

2. Cara-Cara Menghindari Kecelakaan 

Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan agar terhindar dari kecelakaan saat berada di kolam renang:

a. Mematuhi peraturan dan tata tertib di kolam renang. 

b. Menggunakan peralatan berenang yang baik. 

c. Lakukan pemanasan yang cukup sebelum berenang. 

d. Menguasai salah satu teknik berenang atau minimal teknik mengapung di air. 

e. Melakukan sarapan atau makan minimal 2 jam sebelum latihan berenang.

f. Lebih berhati-hati dalam berenang. 

g. Menghindari latihan renang yang berlebihan atau terlalu lelah. 

 

3. Bentuk-Bentuk Pertolongan 

Pertolongan yang dilakukan harus sesuai dengan keadaan korban Penyelamatan Lanjutan Di Darat.

a. Pertolongan pada korban yang masih dalam keadaan sadar Siswa  dapat memberikan pertolongan dengan cara berikut:

1) Memberikan pertolongan dengan peralatan yang tersedia seperti ban dan pelampung atau barang lain yang dapat terapung. Penggunaannya diikatkan pada seutas tali sehingga mudah ditarik. 

2) Melakukan pertolongan langsung kepada korban jika korban berada dalam dasar kolam atau terapung-apung di permukaan air. 

3) Jika korban masih dapat menggerakkan anggota tubuh (akibat tidak lancar berenang), pertolongan dapat dilakukan dengan mendorong tubuh korban ke arah sisi kolam secara perlahanlahan. 

b. Pertolongan pada korban dalam keadaan tidak sadar.

Kita dapat menolong korban yang tidak sadar dengan cara-cara berikut: 

1) Pada korban yang masih masih dalam Penyelamatan Lanjutan Di Darat, dapat dilakukan  back stroke saving action, yaitu penolong berenang dalam keadaan terlentang dengan melakukan gerak kaki seperti gaya katak dan memposisikan tubuh di bawah korban. Posisikan korban dalam keadaan berbaring, muka dan hidung korban berada di permukaan air dengan salah satu lengan atau kedua lengan menarik dagu korban. Lakukan gerakan renang secara perlahan-lahan ke tepi.

2) Pada korban yang telah diangkat ke tepi dan ditempatkan pada tempat yang nyaman, lakukan penyelamatan dengan Sistem Resusitasi Jantung dan Paru (RJP). 

3) Memahami teknik pertolongan  dengan cara Resusitasi Jantung Paru/RJP (Cardiopulmonary resuctitation/CPR) sangat dibutuhkan jika contact rescue adalah pilihan satu-satunya. 

Keahlian ini akan sangat dibutuhkan untuk  mengatasi kasus henti napas dan jantung yang sering terjadi pada korban tenggelam. 

 

4. Pertolongan resusitasi jantung paru dilakukan dengan tindakan penanganan sebagai berikut:

a. Memastikan ketidaksadaran 

Periksa keadaan korban. Dengan menepuk atau menggoyangkan korban dengan pelan dan berteriaklah, “Apa kau baik-baik saja?” Setelah korban dipastikan tidak sadar, lakukan tindakan membuka jalan napas dan memeriksa pernapasan dan sirkulasi.

b. Membuka jalan napas 

Sebagian besar masalah jalan napas disebabkan oleh lidah. Ketika kepala tertekuk ke depan, terutama ketika korban berbaring terlentang, lidah dapat menutupi jalan napas. 

c. Menentukan hilangnya pernapasan 

Tentukan hilangnya pernapasan dengan metode melihatmendengarkan-merasakan. Tempatkan telinga Anda di samping hidung dan mulut korban dengan wajah menghadap dadanya. Lihat kenaikan dan penurunan dada. Dengarkan dan rasakan udara yang keluar dari mulut atau hidung. Lakukan pemeriksaan ini maksimal dalam waktu 10 detik. Korban yang bernapas dengan baik tidak memerlukan resusitasi.

d. Bantuan pernapasan dikurangi. 

Alasan: Rescue breath adalah tindakan pemberian napas buatan sebanyak dua kali setelah kita mengetahui bahwa korban henti napas (setelah Look, Listen, and Feel). Hal ini dikurangi karena terbukti menyita waktu yang cukup banyak sehingga terjadi penundaan pemberian kompresi dada.

e. Pemeriksaan denyut nadi 

Setelah memberikan  pernapasan bantuan, langkah selanjutnya adalah menentukan hilangnya denyut nadi. Taruh ujung jari telunjuk dan jari tengah siswa  bersamaan ke sisi leher korban. Jika korban mempunyai denyut nadi namun tidak bernapas, lakukan bantuan pernapasan. Pada korban dewasa, dilakukan sebanyak 10 – 12 kali per menit (atau tiap 5 – 6 detik), bayi atau anak-anak sebanyak 12 – 20 kali per menit (tiap 3 – 5 detik) dan periksa nadi setiap 2 menit. 

f. Tindakan pijat jantung dan pemberian napas buatan.

Jika korban tidak memiliki denyut nadi, mulai lakukan RJP yaitu dengan meletakkan tumit tangan di atas permukaan dinding dada. Tekanan berasal dari tubuh, dengan meluruskan tangan. Tekanan dilakukan ke arah jantung. Frekuensi yang dilakukan adalah 60 – 70 kali per menit. Kompresi harus disertai dengan napas buatan. Jika penolong dua orang, maka pijat dan pemberian napas buatan dilakukan dengan  frekuensi  15 : 2.  Pemijatan  jantung  luar  ini harus  juga diselingi pemeriksaan denyut nadi setiap dua menit. Pertolongan harus dihentikan jika kondisi penolong kelelahan atau ada petugas gawat darurat yang datang.

g. Kompresi dada lebih dalam lagi 

Pada  RJP sebelumnya, ke dalaman kompresi dada adalah 1 ½ – 2 inchi (4 – 5 cm), namun sekarang kompresi dada dengan ke dalaman minimal 2 inchi (5 cm).

h. Kompresi dada lebih cepat lagi 

Sebelumnya tekan dada sekitar 100 kompresi/menit. Sekarang kompresi dada minimal 100 kompresi/menit. Pada kecepatan ini, 30 kompresi membutuhkan waktu 18 detik. 

i. Kompresi dengan tangan 

Berikan hanya RJP dengan tangan (Hands Only CPR), karena berbuat sesuatu lebih baik daripada tidak berbuat sama sekali. 

j. Pengaktivasian Emergency Response System (ERS) 

Pengaktivasian ERS seperti meminta pertolongan orang di sekitar, menelepon ambulans, ataupun menyuruh orang untuk memanggil bantuan tetap menjadi prioritas, akan tetapi sebelumnya terlebih dahulu lakukan pemeriksaan kesadaran dan ada tidaknya nafas (terlihat tidak ada nafas) secara simultan dan cepat.

k. Jangan berhenti melakukan kompresi sampai korban batuk 

Setiap penghentian kompresi dada berarti menghentikan aliran darah ke otak yang mengakibatkan kematian jaringan otak jika aliran darah berhenti terlalu lama. Membutuhkan beberapa kompresi dada untuk menyalurkan darah kembali. Kita harus melakukan kompresi selama kita bisa atau sampai alat defibrilator otomatis datang dan siap untuk menilai keadaan jantung korban. Jika sudah tiba waktunya untuk pernapasan dari mulut ke mulut, lakukan segera dan segera kembali melakukan kompresi dada. Prinsip Push Hard, Push Fast, Allow complete chest recoil, and Minimize Interruption masih ditekankan disini. 

l. Bawa ke rumah sakit, tindakan medis lebih lanjut 

 

5. Tetap ikuti langkah-langkah berikut:

a. Setelah korban berada di permukaan air dan anda memberikan signal untuk meminta bantuan terlebih dahulu atur daya apung anda (sebagai rescuer) dan si korban; 

b. Pengaturan daya apung korban dilakukan dengan cara mengisi BCD (Breathing, Circulation (Chest Compression) ) yaitu buka jalan nafas, bantuan pernafasan, dan kompresi dada. Jika ketiga langkah sudah dilakukan, periksa apakah korban mengalami defisit pada tubuhnya semisal memeriksa kesadaran korban. Langkah ini disebut memeriksa/ Disability) dan melepaskan ikat pinggang  si korban (bila kedua tindakan tersebut belum dilakukan saat membawa korban naik ke permukaan dari dalam air); 

c. Gunakan tangan terluar anda untuk mengangkat dagu korban dengan lembut untuk membuka jalan nafasnya, Hati-hati jangan sampai tangan anda menekan tenggorokan korban; 

d. Periksa rongga mulut korban, bila ada benda yang menghalangi atau berada di dalam mulut korban, segera keluarkan benda tersebut dengan lembut; 

e. Periksa apakah korban bernafas atau tidak (gunakan metode look– listen and feel); 

f. Bila korban tidak bernafas, segera berikan bantuan pernafasan – apalagi bila jarak anda dengan lokasi untuk keluar dari air masih berkisar 50 meter; 

g. Tetap lakukan “rescue-breathing” selama anda memindahkan korban ke lokasi untuk keluar dari air.

 

6. Berikut tipsnya RJP:

a. Telapak tangan ada dalam posisi datar di tengah dada korban. Selanjutnya dada dipompa dengan kedua tangan dalam posisi datar. Dada dipompa ke arah rongga sedalam 2 inchi, atau setara 100 detik per menit. 

b. Selanjutnya bantu korban bernafas melalui hembusan udara langsung ke mulut korban, hal ini bisa dilakukan sambil tetap menekan dada korban. 

c. Jangan melakukan CPR terus menerus karena otot akan kelelahan. Kekuatan memompa yang naik-turun akan menyebabkan CPR kurang efektif. 

d. Bila memungkinkan, CPR bisa dilakukan bergantian setelah 2 menit sampai bantuan datang.

e. Cardiopulmonary resuctitation/CPR  merupakan teknik penyelamatan hidup dalam keadaan darurat, saat korban tidak bernafas atau detak jantungnya terhenti. Kondisi ini biasa dialami korban tenggelam atau serangan jantung. CPR bisa kembali melancarkan aliran darah beroksigen, ke organ vital misalnya otak dan jantung. Aliran darah kaya oksigen diharapkan kembali mengaktifkan organ vital, sehingga fungsi tubuh bisa normal dan merespons pengobatan yang diberikan.

 

Baca Juga 

 

Demikian Artikel Menganalisis Keterampilan Tindakan Penyelamatan Lanjutan di Darat Yang Saya Buat Semoga Bermanfaat Ya Mbloo:)

 

 



Artikel Terkait