Tokoh Tokoh Pembaruan Islam Pada Masa Modern di India
a. Syah Waliyullah (1703 - 1762 M)
Syah Waliyullah dilahirkan di Delhi pada 21 Februari 1703. Ia memperoleh pendidikan dari orang tuanya yang dikenal “sufi” dan pengelola madrasah, yaitu Syah Abd. Rahim. Setelah dewasa, ia turut menjadi guru di madrasah itu. Kemudian beliau menunaikan ibadah haji dan menimba ilmu pada ulama-ulama di Mekah dan Madinah selama setahun. Ia kembali ke Delhi pada tahun 1732 dan meneruskan karir lamanya sebagai guru.
Syah Waliyullah juga gemar menulis. Ketika wafat beliau banyak meninggalkan karya-karya tulis, Karya-karya beliau di antaranya yang sangat terkenal berjudul Hujjatullah Al-Balighah dan uyun Al-Haramain.
Ketika melihat kemunduran dunia Islam, Syah Waliyullah berpendapat bahwa penyebab kemunduran dunia Islam di antaranya adalah sebagai berikut:
- Terjadinya perubahan sistem pemerintahan Islam dari sistem kekhalifahan menjadi sistem kerajaan.
- Sistem demokrasi yang melekat dalam kekhalifahan diganti dengan sistem monarki absolut.
- Perpecahan di kalangan umat Islam merupakan akibat dari adanya perbedaan aliran-aliran yang muncul di dalamnya. Tiap- tiap aliran mengaku dirinya yang paling benar.
- Mencampuradukkan ajaran Islam dengan unsur-unsur ajaran lainnya, sehingga ajaran Islam yang murni menjadi kurang jelas.
Pemikiran lain dari Syah Waliyullah adalah perlunya penerjemahan al-Qur’an ke dalam bahasa asing. Tujuan penerjemahan ini agar masyarakat yang tidak mengerti bahasa Arab dapat memahami maksud dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pemikiran ini termasuk baru, sebab penerjemahan al-Qur’an pada saat itu masih dilarang oleh para ulama. Bahasa yang dipilih untuk terjemahan al-Qur’an adalah bahasa Persia, karena banyak digunakan di kalangan pelajar Islam India saat itu. Penerjemahan al-Qur’an ke dalam bahasa Persia disempurnakan Syah Waliyullah di tahun 1758.
Terjemahan yang semula ditentang itu lambat laun dapat diterima oleh masyarakat Islam India pada saat itu. Setelah masyarakat bersedia menerima terjemahan al-Qur’an, kemudian putra Syah Waliyullah melanjutkan pemikiran ayahnya. Putra Syah Waliyullah membuat terjemahan al-Qur’an ke dalam bahasa Urdu. Bahasa Urdu inilah yang lebih umum digunakan oleh masyarakat Islam India daripada bahasa Persia.
b. Sayyid Ahmad Khan (1817-1898 M)
Setelah Kerajaan Mughal dihancurkan oleh kekuatan Inggris pada tahun 1857, maka tampillah ulama baru di India, yaitu Sayyid Ahmad Khan. Ia lahir di Delhi pada tahun 1817. Sayyid Ahmad Khan memperoleh pendidikan tradisional dalam pengetahuan agama. Selain mempelajari bahasa Arab, ia juga menekuni bahasa Persia. Ia rajin membaca dan banyak memperluas pengetahuan dengan mem baca buku berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Sayyid Ahmad Khan pernah bekerja pada Serikat India Timur ketika usianya masih 18 tahun. Kemudian ia bekerja pula sebagai hakim. Akan tetapi, pada tahun 1846 ia pulang kembali ke Delhi untuk meneruskan studinya.
Pada tahun 1857, terjadi pemberontakan terhadap kekuasaan Inggris oleh rakyat India. Pada saat kejadian tersebut, Sayyid Ahmad Khan banyak berusaha untuk mencegah terjadinya kekerasan. Dalam kesempatan yang sama, ia pun banyak menolong orang Inggris dari pembunuhan.
Pihak Inggris menganggap bahwa Sayyid Ahmad Khan telah banyak berjasa kepada mereka sehingga mereka ingin membalas jasanya. Namun, Sayyid Ahmad Khan menolak hadiah yang dianugerahkan Inggris kepadanya. Ia hanya menerima gelar “Sir” yang diberikan pemerintah Inggris kepadanya. Dengan gelar “Sir” tersebut sehingga ia populer dipanggil dengan nama “Sir Sayyid Akhmad Khan.” Komunikasi Sayyid Ahmad Khan yang baik dengan pihak Inggris digunakannya sebagai strategi untuk kepentingan umat Islam di India.
Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa kedudukan umat Islam di India dapat meningkat apabila mereka bersedia bekerja sama dengan Inggris.
Sayyid Ahmad Khan berpendapat demikian karena Inggris merupakan penguasa terkuat di India melebihi penguasa-penguasa lainnya di sana. Oleh karena itu, apabila umat Islam di India menentang kekuasaan Inggris maka hal tersebut tidak akan membawa kebaikan bagi mereka. Sikap antipati terhadap Inggris justru akan menjadikan umat Islam di India tetap mundur dan akhirnya tertinggal.
Pemikiran Sayyid Ahmad Khan tentang pembaruan Islam adalah sebagai berikut:
- Kemunduran umat Islam disebabkan oleh umat Islam sendiri yang tidak mengikuti perkembangan sains dan teknologi produk Barat.
- Ilmu dan teknologi modern adalah hasil pemikiran manusia. Oleh karena itu, akal dalam batas kekuatannya harus dihargai tinggi oleh umat Islam.
- Islam adalah agama yang memiliki paham hukum alam buatan Tuhan. Antara hukum alam sebagai ciptaan Allah Swt. dan al-Qur’an sebagai firman Allah Swt. pasti tidak terdapat pertentangan, akan tetapi keduanya sejalan.
- Sumber ajaran Islam hanyalah al-Qur’an dan Al-Hadis. Pendapat ulama masa lampau tidak mengikat bagi umat Islam. Di antara pendapat mereka ada yang sudah kurang sesuai dengan zaman modern.
- Umat Islam harus didorong untuk memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan semangat berpikir, bukan sikap dan perilaku taklid (hanya mengikuti pendapat lain tanpa mengerti alasannya).
- Cara efektif untuk mengubah sikap mental umat Islam dari keterbelakangan adalah pendidikan. Oleh karena itu, ia mendirikan sekolah yang akhirnya memiliki peranan penting dalam kebangkitan umat Islam di India. Sekolah tersebut diberi nama Muhammedan Anglo Oriental College (MAOC) yang terletak di Aligarh.
c. Muhammad Iqbal (1876-1938 M).
Muhammad Iqbal (1876-1938) berasal dari keluarga golongan menengah di Punjab, India. Ia belajar di Lahore hingga memperoleh gelar kesarjanaan tingkat magister (M.A.). Di kota itulah ia berkenalan dengan seorang orientalis bernama Thomas Arnold. Orientalis inilah yang mendorong Iqbal untuk melanjutkan studi ke Inggris. Iqbal kemudian masuk ke Universitas Cambridge pada tahun 1905 untuk mempelajari filsafat.
Dua tahun kemudian Iqbal pindah ke Munich, Jerman. Di Jerman inilah Iqbal memperoleh gelar doktor (Ph.D.) dalam bidang tasawuf. Tesis doktoral Iqbal berjudul The Deelopment of Metaphysis in ersia (Perkembangan Metafisika di Persia).
Pada tahun 1908 Iqbal kembali ke Lahore dan menekuni profesi sebagai pengacara dan dosen filsafat. Ia menulis buku The Reonstrution of Religious Thought in Islam. Buku ini merupakan kumpulan dari ceramah-ceramah Iqbal di universitas di India.
Pada tahun 1930, Iqbal dipilih menjadi Presiden Liga Muslimin. Ia pernah menghadiri Konferensi Islam yang diadakan di Yerusalem. Pada tahun 1933, ia diundang ke Afghanistan untuk membicarakan pembentukan Universitas Kabul.
Berbeda dengan pembaru-pembaru lain, Muhammad Iqbal adalah penyair dan filosof. Pemikiran Iqbal mengenai kemunduran dan kemajuan umat Islam mempunyai pengaruh pada gerakan pembaruan dalam Islam. Pemikiran- pemikirannya antara lain sebagai berikut.
- Ijtihad mempunyai kedudukan penting dalam pembaruan Islam. Oleh karena itu, pintu ijtihad tetap terbuka.
- Umat Islam perlu mengembangkan sikap dinamis. Dalam syairnya, ia mendorong umat Islam untuk bergerak dan jangan tinggal diam.
- Kemunduran umat Islam disebabkan oleh kebekuan dan kebuntuan (kejumudan) dalam berpikir.
- Hukum Islam tidak bersifat statis, tetapi dapat berkembang sesuai perkembangan zaman.
- Umat Islam harus menguasai sains dan teknologi yang dimiliki Barat.
- Perhatian berlebihan umat Islam terhadap kehidupan yang bersifat zuhud telah menyebabkan kurangnya perhatian terhadap masalahmasalah keduniaan dan sosial kemasyarakatan.
Baca Juga :
- Munculnya Pembaruan Islam 1800 dan Seterusnya
- Pengertian dan Prinsip Asuransi Syariah Dalam Islam
- Pengertian Perbankan Dalam Islam
- Macam – Macam Mu’amalah Dalam Islam
Demikian artikel tentang Pengertian Perbankan Dalam Islam, Semoga bermanfaat dan sekian terimakasih.
diambil dari berbagai sumber.