Tokoh Tokoh Pembaruan Islam Pada Masa Modern di Turki

Tokoh Tokoh Pembaruan Islam Pada Masa Modern di Turki

a. Sultan Mahmud II (1785 – 1839 M). 

Pelopor pembaruan di Kerajaan Turki Utsmani abad ke-19 sama dengan di Mesir, yaitu Raja. Pembaru Islam di Mesir dipelopori oleh Muhammad Ali Pasya, sedangkan pembaruan di Turki Usmani dipelopori oleh Sultan Mahmud II. 

Sultan Mahmud II lahir pada tahun 1785 dan wafat tahun 1839. Ia mempunyai latar belakang pendidikan tradisional dalam bidang pengetahuan agama, pengetahuan pemerintahan, sejarah dan sastra Arab, sastra Turki, dan sastra Persia. 

Mahmud diangkat menjadi Sultan di tahun 1807 dalam usia kira-kira 22 tahun. Pada masa kesultanannya yang pertama, ia disibukkan oleh peperangan dengan Rusia dan usaha menundukkan daerah-daerah yang mempunyai kekuasaan otonomi besar. Peperangan dengan Rusia berakhir pada tahun 1812. Ia juga berhasil memperkecil otonomi daerah, kecuali kekuasaan Muhammad Ali Pasya di Mesir dan satu daerah otonomi lain di eropa. 

Setelah Sultan Mahmud II berkuasa, maka pusat pemerintahan Kerajaan Turki Usmani bertambah kuat. Ia akhirnya berpendapat bahwa tiba waktunya untuk memulai usaha-usaha pembaruan yang telah lama dicitacitakannya. 

 

Di antara pemikiran-pemikiran pembaruan Sultan Mahmud II sebagai berikut. 

  1. Menerapkan sistem demokrasi dalam pemerintahannya. 
  2. Menghapus pengultusan sultan yang dianggap suci oleh rakyatnya. 
  3. Memasukan bidang “keilmuan umum” ke dalam kurikulum lembaga- lembaga pendidikan madrasah. 
  4. Mendirikan sekolah Maktebi Ma’arif untuk mempersiapkan tenaga- tenaga administrasi dan mendirikan Maktebi Ulum’i debiyet untuk mempersiapkan tenaga-tenaga ahli penerjemah. 
  5. Mendirikan sekolah kedokteran, militer, dan teknik.

 

b. Namik Kemal (1840 – 1888 M)

Namik Kemal dikenal sebagai pemikir terkemuka dari golongan intelegensia Kerajaan Turki Usmani yang banyak menentang kek uasa an absolut sultan. Go longan intelegensia ini disebut dalam sejarah dengan nama Utsmani Muda (Yeni Usmanlitar-Young Ottoman). 

Utsmani Muda pada mulanya adalah perkumpulan rahasia yang didirikan pada tahun 1865. Perkumpulan ini bertujuan untuk mengubah pemerintahan absolut Kerajaan Usmani menjadi pemerintahan konstitusional. 

Namik Kemal berasal dari keluarga yang berkecukupan, sehingga orang tuanya sanggup menyediakan pendidikan khusus baginya di rumah. Selain mempelajari bahasa Arab dan Persia, ia juga menekuni bahasa Perancis. Ketika berusia belasan tahun, ia diangkat menjadi pegawai di kantor penerjemahan, kemudian dipindah menjadi pegawai di istana sultan. 

Pemikiran-pemikiran Namik Kemal banyak dipengaruhi oleh pemikir   an seorang sastrawan kenamaan yang pernah belajar di Perancis, yaitu Ibrahim Sinasi (1826-1871). Sastrawan ini banyak menggunakan istilah-istilah hak rakyat, kebebasan berpendapat, kesadaran nasional, pemerintahan konstitusional, dan istilah lain yang semakna. Ibrahim Sinasi juga menerbitkan surat kabar bernama Tasir-Efkar yang banyak berpengaruh dalam kebangkitan intelektual di Kerajaan Utsmani abad ke-19. 

Ketika Sinasi pergi ke Paris di tahun 1865, pimpinan Tasvir-fkar dipegang oleh Namik Kemal sendiri. Namun, tulisan-tulisan Namik Kemal yang kental dengan ide-ide pembaruan membuatnya terpaksa pergi ke ropa pada tahun 1867. Ia diperbolehkan kembali ke Istanbul pada tahun 1870, tetapi tiga tahun kemudian ditangkap dan dipenjarakan di Pulau Siprus. Ia dibebaskan dan dapat kembali ke Istanbul setelah kekuasaan Sultan Abdul Aziz runtuh pada pada tahun 1876. 

Namik Kemal dinilai memiliki jiwa Islam yang baik. Ia tidak menerima ide-ide yang datang dari Barat apa adanya, tetapi memodifikasi secara selektif sehingga sesuai dengan ajaran-ajaran Islam. Namik mengkritik ide-ide Barat yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan masyarakat Timur.

 

Namik Kemal menyampaikan analisisnya tentang sebab kemunduran Kerajaan Utsmani dan alternatif solusinya, di antaranya adalah: 

  1. Kondisi ekonomi dan politik Kerajaan Turki Utsmani tidak beres. Solusi yang ditawarkan adalah perubahan sistem pemerintahan absolut menjadi pemerintahan konstitusional. 

  2. Rakyat sebagai warga negara memiliki hak-hak politik yang harus dihormati dan dilindungi negara. 

  3. Pemerintahan demokratis tidak bertentangan dengan ajaran Islam, sebab negara yang dibentuk dan dipimpin oleh empat khalifah sepeninggal Rasulullah saw. sebenarnya memiliki corak demokrasi. Sistem baiat yang yang terdapat dalam pemerintahan para khalifah pada hakikatnya merupakan kedaulatan rakyat. 
  4. Islam mengajarkan al-maslahat al-ammah. Ajaran ini sebenarnya adalah maslahat (kebaikan) umum. Khalifah tidak boleh bersikap dan bertindak yang bertentangan dengan al-maslahat al-ammah. 

  5. Kepala negara dalam mengurus negara tidak boleh melanggar syariat. Syariat merupakan “konstitusi” yang harus dipatuhi oleh kepala negara.

 

Baca Juga :

Demikian artikel tentang Tokoh Tokoh Pembaruan Islam Pada Masa Modern di Turki, Semoga bermanfaat dan sekian terimakasih.

diambil dari berbagai sumber.

 



Artikel Terkait