Latihan Teknik Pemeranan Dalam Seni Teater Modern

Latihan Teknik Pemeranan Dalam Seni Teater Modern

 

Salah satu usaha Latihan Teknik Pemeranan untuk itu ialah latihan olah suara dan latihan olah tubuh. Kemudian kita bertanya, dapatkah suara dan tubuh diolah? Kalau seorang aktor mau melihat pada suara dan tubuhnya sebagaimana seorang seniman keramik melihat tanah liat. Maka dapatlah ia mengolah suara dan tubuhnya. Sebagaimana si seniman keramik, menyiapkan adonan tanah liat yang diadukaduknya dan diremas-remas sebelum membentuk benda yang ingin dibuatnya. Demikian pula sikap pemeran terhadap suaranya dan tubuhnya.

a. Olah Suara 

Suara pemeran teater menempuh jarak yang lebih jauh dibanding dengan suara pemeran di film atau di sinetron. Karena suara pemeran teater tidak hanya dituntut terdengar oleh lawan main saja, tetapi juga harus terdengar oleh seluruh penonton. Pertunjukan yang secara visual baik, kalau suara pemerannya tidak cukup terdengar, maka penonton tidak dapat menangkap jalan ceritanya. Pertunjukan yang secara visual buruk, kalau ucapan pemerannya cukup terdengar oleh penonton, maka penonton masih bisa menikmati jalan cerita dari pertunjukan tersebut. Ini menunjukkan bahwa, suara mempunyai peranan yang cukup penting. Agar tujuannya tercapai, pemeran teater harus melatih; 

1) Kejelasan ucapan. Agar setiap sukukata yang ia ucapkan cukup terdengar. 

2) Tekanan ucapan. Agar isi pikiran dan isi perasaan dari kalimat yang ia ucapkan bisa ditonjolkan. 

3) Kerasnya ucapan. Agar kalimat yang ia ucapkan cukup terdengar oleh seluruh penonton.

 

Melatih Kejelasan Ucapan

1. Latihan berbisik: Dua orang berhadapan, membaca naskah dalam jarak dua atau tiga meter, dengan cara berbisik. 

2. Latihan mengucapkan kata atau kalimat dengan variasi tempo, cepat dan lambat: “sengseng tengtes sresep brebeeet … maka para tukang sulap mengeluarkan kertas warna-warni dari mulut dowernya yang kebanyakan mengunyah popcorn, pizza, kentucky, humberger di rumah-rumah makan eropa-amerika dan membuat jamur dari air-liurnya pada kertas panjang yang menjulur bagai lidah sungai menuju jalan layang bebas hambatan, kemudian melilit bangunan-mangunan mewah di sekitar pondok indah cinere bumi serpong damai pantai indah kapuk pluit pulomas sunter hijau kelapa gading permai dan tugu monas …”

 

Melatih Tekanan Ucapan 

Latihan Teknik Pemeranan Tekanan ucapan ada tiga macam: 

1. Tekanan Dinamik 

Tekanan Dinamik ialah keras-pelannya ucapan. Gunanya untuk menggambarkan isi pikiran dan isi perasaan dari kalimat. Contohnya: 

“Hari minggu saya ke toko buku” (artinya, bukan hari senin atau hari selasa). 

“Hari minggu saya ke toko buku” (artinya, bukan adik saya atau kakak saya). 

“Hari minggu saya ke toko buku” (artinya bukan ke toko pakaian atau ke toko makanan). 

2. Tekanan Tempo 

Tekanan Tempo ialah cepat-lambatnya ucapan, gunanya sama dengan tekanan dinamik. Untuk menggambarkan isi pikiran dan isi perasaan dari kalimat. Contohnya: 

“Ha-ri ming-gu saya ke toko buku” 

“Hari minggu sa-ya ke toko buku” 

“Hari minggu saya ke to-ko bu-ku” 

3. Tekanan Nada 

Tekanan nada merupakan lagu daripada ucapan, contohnya: 

“Wah, kamu pandai sekali!” 

“Gila, ternyata dia bisa menjawab pertanyaan yang sesulit itu!”

 

Melatih Kerasnya Ucapan 

Teknik ucapan pemeran teater lebih rumit dibanding dengan Latihan Teknik Pemeranan teknik ucapan bagi pemeran film atau sinetron. Ucapan pemeran teater tidak hanya dituntut jelas dan menggambarkan isi pikiran dan isi perasaan saja, tetapi juga harus keras, karena ucapan pemeran di dalam pertunjukan menempuh jarak yang lebih jauh. Untuk itu kerasnya ucapan harus dilatih. Adapun cara melatihnya bisa dengan berbagai macam cara. Di antaranya: 

1. Mengucapkan kata atau kalimat tertentu dalam jarak 10 meter atau 20 meter. Dalam latihan ini, yang harus selalu dipertanyakan ialah: 

a. Sudah jelaskah? 

b. Sudahkah menggambarkan isi pikiran dan isi perasaan? 

c. Dan pertanyaan yang terpenting, sudah wajarkah? 

2. Latihan menggumam. Gumaman harus stabil dan konstan. Kemudian gunakan imajinasi dengan mengirim gumaman ke cakrawala. Bayangkan “gumaman” yang dikeluarkan lenyap di cakrawala.

 

b. Olah Tubuh 

Bentuk tubuh kita, dan cara-cara kita berdiri, duduk dan jalan memperlihatkan kepribadian kita. Motivasi-motivasi kita untuk melakukan gerak lahir dari sumber-sumber fisikal (badaniah), emosional (perasaan), dan mental (pikiran), dan setiap tindakan (action) kita berasal dari satu, dua atau tiga macam desakan hati (impuls). Banyak sekali interaksi atau pengaruh timbalbalik dan perubahan urutan yang tak habis-habisnya. Tubuh kita kedinginan dan bergetar, kita merasakan dingin dan sengsara, maka kita berkata “dingin”. 

Pengalaman badaniah kita memberi petunjuk bagi perasaan dan pikiran kita. Kita diliputi kegembiraan, maka kita melompat, menari dan menyanyi. Aliran perasaan yang meluap meledak ke dalam bentuk aktivitas badaniah. Seorang pemeran tidak akan bergerak demi gerak itu sendiri dan tidak membuat gerak indah demi keindahan. Bila dari diri pemeran diminta agar menari, maka ia akan melakukannya sebagai karakter peran tertentu, pada waktu, tempat dan situasi tertentu. Latihan olah tubuh bagi seorang pemeran adalah suatu proses pemerdekaan. 

Tulang punggung dapat menyampaikan pada para penonton berbagai kondisi yang kita alami, apakah lagi tegang atau tenang, letih atau segar, panas atau dingin, tua atau muda, dan ia juga membantu keberlangsungan perubahan sikap tubuh dan bunyi suara kita. Secara anatomis bagian-bagian tulang punggung terdiri dari: 

a. 7 buah ruas tulang tengkuk, 

b. 12 buah ruas tulang belakang, 

c. 5 buah ruas tulang pinggang, 

d. 5 buah ruas tulang kelangkang bersatu dan 4 ruas tulang ekor. 

Atau rinciannya sebagai berikut. 

a. Leher. 

b. Bagian bahu dan dada tulang punggung. 

c. Tulang punggung bagian tengah. 

d. Bagian akar, dasar atau ekor tulang punggung.

 

Latihan kepala dan leher 

1. Jatuhkan kepala ke depan dengan seluruh bobotnya dan ayunkan dari sisi ke sisi. 

2. Jatuhkan kepala ke kanan, ayunkan ke arah kiri melalui bagian depan, ayunkan ke arah kanan melalui punggung. 

3. Lakukan latihan yang sama untuk “bahu”. 

4. Untuk tangan dan kaki, gunakan variasi rentangan.

 

Latihan tubuh bagian atas 

Berdiri dengan kedua kaki sedikit direnggangkan dengan jarak antara 60 sentimeter. Tekukkan lutut sedikit saja. Benamkan seluruh tubuh bagian atas ke depan di antara kedua kaki. Biarkan tubuh bagian atas bergantung seperti ini dan berjuntai-juntai beberapa saat. Tegakkan kembali seluruh tubuh melalui kerakan tuas demi ruas, sehingga kepalalah yang paling akhir mencapai ketinggiannya dan seluruh tulang punggung melurus. Dengan cara yang sama, coba membongkokkan tubuh ke kiri, ke kanan, dan ke belakang. 

 

Latihan pinggul, lutut dan kaki 

1. Berdiri tegak dan rapatkan kaki. Turunkan badan dengan menekuk lutut dan kembali tegak. 

2. Berdiri tegak dengan satu kaki, kaki yang lain julurkan ke depan. Turunkan badan dengan menekuk lutut dan kembali tegak. Ganti dengan kaki yang lain. 

3. Putar lutut ke kiri dan ke kanan. Buat berbagai variasi dengan konsentrasi pada lutut.

 

Berjalan 

1. Mengakukan tulang punggung dan rasakan betapa langkah yang satu terpisah dari langkah lainnya. 

2. Mendorong leher ke depan. 

3. Mengangkat dagu. 

4. Menunduk/menjatuhkan kepala ke depan. 

5. Mengangkat bahu tinggi-tinggi. 

6. Menarik bahu ke belakang. 

7. Menjatuhkan atau membungkukkan bahu ke depan. 

8. Sambil menggerak-gerakkan tangan pada siku-sikunya. 

9. Memantul-mantulkan diri dari kaki ke kaki. 

10. Dengan membengkokkan telapak kaki ke atas dan bertumpu pada tumit-tumit kaki. 

11. Mencondongkan seluruh tubuh  ke belakang dan perhatikan betapa ini  meninggalkan berat bobot tubuh di belakang ketika kita melangkah maju.

 

Baca Juga

 

Demikian Artikel Latihan Teknik Pemeranan Dalam Seni Teater Modern Yang Saya Buat Semoga Bermanfaat Ya Mbloo:)



Artikel Terkait