Siswa SMP Ponorogo Raih Medali Emas setelah menciptakan Karya Rompi cerdas bagi Tunanetra

 

Rompi buatan siswa SMPN 1 Jetis, Ponorogo, menaklukkan karya ilmiah ratusan peserta semua Indonesia dalam kancah Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) yang digelar di Surabaya pada tanggal 22 hingga 26 Juli 2018. Oleh demikian, mereka memiliki hak menyandang pemenangpertama dalam kompetisi tingkat nasional itu.

 

Rompi yang telah di buat mempunyai nama Rompi Cerdas Penunjuk Arah dan Pengaman Kecelakaan yang digunakan untuk Penyandang Tunanetra, ini dirancang oleh Else Winda Sari (14) dan Radeva Chanika (14). Mereka menghabiskan Rp 282 ribu saja untuk membeli semua komponen rompi. Padahal, waktu pembuatan rompi memakan waktu 1 bulan saja.

 

Ditemui di sekolah, Ketua Kelompok Else menjelaskan berawal dari rasa keprihatinan saat melihat ada kecelakaan yang melibatkan penyandang tunanetra di dekat sekolahnya.

 

"Kami pun berinisiatif membuat rompi cerdas ini untuk membantu penyandang tunanetra," tutur Else, Sabtu, 4 Agustus 2018.

 

Else merakit rompi cerdas buatannya mampu membantu penyandang tunanetra karena dilengkapi dengan berbagai sensor. Di antaranya, sensor ultrasonik yang berfungsi untuk mendeteksi benda-benda yang berada di depan dan di samping pemakai rompi.

 

Penemuan sensor itu kemudian akan diteruskan oleh perintah suara melalui headset yang dipakai oleh pengguna rompi.

 

"Jadi, cara pakainya ada headset yang dipasang di telinga. Kemudian nanti kalau ada benda di sekitar pemakai, ada peringatannya dari headset," tuturnya.

 

Rompi cerdas juga dilengkapi lampu LED yang membantu penyandang tunanetra diwaspadai orang sekitar saat malam hari. Lampu tersebut akan otomatis menyala ketika dalam gelap.

 

"Semua sensor tersebut diatur oleh sebuah mikro controller arduino yang sebelumnya sudah lebih dulu diprogam," sambung Else.

 

Menurut Else, dari beberapa percobaan yang dilakukannya, banyak permasalahan yang dihadapi seperti saat menyeting sensor dengan obyek dan terbakarnya sensor. Maka itu, ia senang penelitian yang bertujuan untuk membuat penyandang tunanetra lebih aman itu berhasil.

 

"Dari lima kali percobaan merakit dan memprogram rompi cerdas ini, kami mengalami tiga kali kegagalan dan dua kali berhasil," kata Else.

 

Sementara itu, guru pembimbing Dwi Sudjatmiko menambahkan sebelum mengikuti lomba, dirinya mengirim beberapa naskah. Namun yang diterima, hanya usulan rompi cerdas itu. Total enam sekolah yang mewakili Jawa Timur dalam ajang OPSI ini.

 

"Alhamdulilah anak kami berhasil membawa pulang medali emas," ucap dia.

 

Miko, sapaannya, ingin mengembangkan hasil penelitian anak didiknya supaya bisa bermanfaat bagi para penyandang tunanetra. Saat lomba kemarin, salah satu juri memberikan saran agar menambah sensor warna dalam rompi ini.

 

"Katanya, biar para penyandang tunanetra bisa mengenali warna melalui suara," kata Miko.

 

Siswa SMP Ponorogo Raih Medali Emas setelah menciptakan Karya Rompi cerdas bagi Tunanetra 

 

Rompi buatan siswa SMPN 1 Jetis, Ponorogo, menaklukkan karya ilmiah ratusan peserta semua Indonesia dalam kancah Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) yang digelar di Surabaya pada tanggal 22 hingga 26 Juli 2018. Oleh demikian, mereka memiliki hak menyandang pemenangpertama dalam kompetisi tingkat nasional itu.

 

Rompi yang telah di buat mempunyai nama Rompi Cerdas Penunjuk Arah dan Pengaman Kecelakaan yang digunakan untuk Penyandang Tunanetra, ini dirancang oleh Else Winda Sari (14) dan Radeva Chanika (14). Mereka menghabiskan Rp 282 ribu saja untuk membeli semua komponen rompi. Padahal, waktu pembuatan rompi memakan waktu 1 bulan saja.

 

Ditemui di sekolah, Ketua Kelompok Else menjelaskan berawal dari rasa keprihatinan saat melihat ada kecelakaan yang melibatkan penyandang tunanetra di dekat sekolahnya.

 

"Kami pun berinisiatif membuat rompi cerdas ini untuk membantu penyandang tunanetra," tutur Else, Sabtu, 4 Agustus 2018.

 

Else merakit rompi cerdas buatannya mampu membantu penyandang tunanetra karena dilengkapi dengan berbagai sensor. Di antaranya, sensor ultrasonik yang berfungsi untuk mendeteksi benda-benda yang berada di depan dan di samping pemakai rompi.

 

Penemuan sensor itu kemudian akan diteruskan oleh perintah suara melalui headset yang dipakai oleh pengguna rompi.

 

"Jadi, cara pakainya ada headset yang dipasang di telinga. Kemudian nanti kalau ada benda di sekitar pemakai, ada peringatannya dari headset," tuturnya.

 

Rompi cerdas juga dilengkapi lampu LED yang membantu penyandang tunanetra diwaspadai orang sekitar saat malam hari. Lampu tersebut akan otomatis menyala ketika dalam gelap.

 

"Semua sensor tersebut diatur oleh sebuah mikro controller arduino yang sebelumnya sudah lebih dulu diprogam," sambung Else.

 

Menurut Else, dari beberapa percobaan yang dilakukannya, banyak permasalahan yang dihadapi seperti saat menyeting sensor dengan obyek dan terbakarnya sensor. Maka itu, ia senang penelitian yang bertujuan untuk membuat penyandang tunanetra lebih aman itu berhasil.

 

"Dari lima kali percobaan merakit dan memprogram rompi cerdas ini, kami mengalami tiga kali kegagalan dan dua kali berhasil," kata Else.

 

Sementara itu, guru pembimbing Dwi Sudjatmiko menambahkan sebelum mengikuti lomba, dirinya mengirim beberapa naskah. Namun yang diterima, hanya usulan rompi cerdas itu. Total enam sekolah yang mewakili Jawa Timur dalam ajang OPSI ini.

 

"Alhamdulilah anak kami berhasil membawa pulang medali emas," ucap dia.

Miko, sapaannya, ingin mengembangkan hasil penelitian anak didiknya supaya bisa bermanfaat bagi para penyandang tunanetra. Saat lomba kemarin, salah satu juri memberikan saran agar menambah sensor warna dalam rompi ini.

 

"Katanya, biar para penyandang tunanetra bisa mengenali warna melalui suara," kata Miko.

 

Sumber : https://goo.gl/YQqiok



Artikel Terkait